Minggu, 07 Juli 2013

Perubahan Tarif Kereta Api Penumpang Kelas Ekonomi

Berdasarkan pada informasi yang penulis peroleh di mana menunjuk kepada kontrak penyelenggara kewajiban pelayanan publik (Public Service Obligation, PSO) bidang angkutan kereta api pelayanan kelas ekonomi pada tahun anggaran 2013 antara Ditjen Perkeretaapian dengan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) tertanggal 18 Juni 2013, bahwa untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sedang meningkatkan basic comfort atau Standar Pelayanan Minimum (SPM) untuk semua kereta penumpang kelas ekonomi jarak jauh, menengah maupun jarak dekat dengan menambahkan fasilitas AC atau pendingin udara di setiap unit kereta.

KA dengan relasi jarak dekat berikut ini tidak mengalami perubahan tarif meskipun telah menggunakan fasilitas AC:


  • KA Banten Ekspres relasi Merak-Tanah Abang, tarif Rp 5.000,-
  • KA Krakatau Ekspres relasi Tanah Abang-Merak, tarif Rp 5.000,-
  • KA Cilamaya Ekspres relasi Purwakarta-Jakarta Kota, tarif Rp 3.000,-
  • KA Ekonomi Lokal Rangkasbitung relasi Tanah Abang-Rangkasbitung pp, tarif Rp 2.000,-
  • KA Ekonomi Lokal relasi Parungpanjang-Tanah Abang, tarif Rp 1.500,-
  • KA Ekonomi Lokal Jatiluhur relasi Jakarta Kota-Purwakarta pp, tarif Rp 3.000,-
  • KA Ekonomi Lokal Jatiluhur relasi Jakarta Kota-Cikampek, tarif Rp 2.500,-
  • KA Ekonomi Lokal relasi Purwakarta-Cibatu, tarif Rp 3.500,-
  • KA Ekonomi Lokal Bandung Raya relasi Kiaracondong-Cicalengka, tarif Rp 1.000,-
  • KA Ekonomi Lokal Bandung Raya relasi Cicalengka-Padalarang, tarif Rp 1.500,-
  • KA Penataran relasi Surabaya Kota-Malang-Blitar pp, tarif Rp 5.500,-
  • KA Dhoho relasi Blitar-Kertosono-Surabaya Kota pp, tarif Rp 5.500,-
  • KA Penataran relasi Malang-Surabaya Gubeng pp, tarif Rp 4.000,-
  • KA Ekonomi Lokal relasi Surabaya Pasar Turi-Bojonegoro, tarif Rp 3.000,-
  • KA Ekonomi Lokal relasi Surabaya Kota-Kertosono, tarif Rp 2.000,-
  • KA Ekonomi Lokal relasi Kalibaru-Banyuwangi pp, tarif Rp 3.500,-
  • KA Pandanwangi relasi Banyuwangi-Jember pp, tarif Rp 4.000,-
  • KA Probowangi relasi Probolinggo-Banyuwangi pp, tarif Rp 18.000,-
  • KA Sibinuang relasi Pariaman-Padang, tarif Rp 2.500,- (Divre II Sumatera Barat)
  • KRD Komuter relasi Surabaya Kota-Porong, tarif Rp 2.000,-
  • KRD Komuter relasi Surabaya Kota-Lamongan, tarif Rp 2.000,-
  • KRDI Seminung relasi Kotabumi-Tanjungkarang, tarif Rp 7.500,-
  • KRL non AC khusus Jabodetabek berlaku s/d 31 Agustus 2013 rerata tarif Rp 1.000,- s/d Rp 2.000,-

Tarif KA ekonomi jarak jauh dan menengah di bawah ini berlaku untuk pemesanan tiket yang dimulai pada tanggal 5 Juli 2013 untuk keberangkatan per tanggal 1 September 2013.

  • KA Logawa, tarif Rp 50.000,-
  • KA Kertajaya, tarif Rp 50.000,-
  • KA Brantas, tarif Rp 55.000,-
  • KA Kahuripan, tarif Rp 50.000,-
  • KA Kutojaya Utara, tarif Rp 40.000,-
  • KA Bengawan, tarif Rp 50.000,-
  • KA Progo, tarif Rp 50.000,-
  • KA Pasundan, tarif Rp 55.000,-
  • KA Sri Tanjung, tarif Rp 50.000,-
  • KA Gaya Baru Malam Selatan (GBMS), tarif Rp 55.000,-
  • KA Matarmaja, tarif Rp 65.000,-
  • KA Tawang Jaya, tarif Rp 45.000,-
  • KA Serayu, tarif Rp 35.000,-
  • KA Kutojaya Selatan, tarif Rp 35.000,-
  • KA Tegal Arum, tarif Rp 25.000,-
  • KA Tawangalun, tarif Rp 30.000,-
  • KA Rajabasa, tarif Rp 30.000,- (Divre III Sumatera Selatan)
  • KA Bukit Serelo, tarif Rp 30.000,- (Divre III Sumatera Selatan)
  • KA Puteri Deli, tarif Rp 20.000,- (Divre I Sumatera Utara)
  • KA Siantar Ekspres, tarif Rp 20.000,- (Divre I Sumatera Utara)
  • KA Madiun-Tanah Abang (MANTAB) fakultatif, tarif Rp 55.000,-
  • KRDE Prameks AC (Sri Wedari), tarif Rp 16.000,-
  
Keseluruhan tarif yang telah disebut di atas berlaku untuk satu kali perjalanan.

Demikianlah informasi yang dapat penulis sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga bermanfaat.

10 Sejarah Kereta Api Indonesia yang terlupakan

1. Terowongan Wihelmina



Terowongan Wilhelmina merupakan terowongan kereta api terpanjang di Indonesia. Terowongan ini memiliki panjang 1116 meter dan dibangun untuk mendukung jalur kereta api rute Banjar - Pangandaran - Cijulang (82 km). Terowongan ini berada di perbatasan antara Desa Bagolo dan Desa Emplak, Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat.

Terowongan Wilhelmina dibangun oleh perusahaan kereta api SS (Staats Spoorwegen) dan dibangun pada tahun 1914 serta mulai digunakan pada 1 Januari 1921. Namun terowongan ini kemudian menjadi non aktif seiring ditutupnya jalur kereta api rute Banjar - Cijulang (82 km) pada 3 Pebruari 1981 karena mahalnya biaya operasional dan sedikitnya pemasukan dari para penumpang kereta api.

Nama terowongan diambil dari nama ratu dari Kerajaan Belanda yang memiliki nama lengkap Wilhelmina Helena Pauline Maria. Wilhelmina menjadi Ratu Kerajaan Belanda dari tahun 1890 hingga 1948. Oleh masyarakat setempat, terowongan Wilhelmina sering disebut dengan terowongan Sumber.

Pada pertengahan tahun 1990, PT Kereta Api (Persero) pernah berupaya untuk menghidupkan kembali rute Banjar - Cijulang. Selain sebagai alternatif transportasi masyarakat, juga untuk mengembangkan pariwisata di Ciamis Selatan. Saat itu ada pertimbangan bahwa perjalanan kereta api rute Banjar - Cijulang dapat dijual sebagai sebuah paket wisata.

Saat ini kondisi terowongan Wilhelmina sungguh memprihatinkan, dengan rel yang hilang dan muka terowongan yang tidak terurus, dirambati akar-akar tanaman semak belukar, semakin menghilangkan pamor dari sejarah maupun aset wisata dari terowongan terpanjang di Indonesia ini.

2. Gerbong Tua di Magelang






Kedatangan benda bersejarah di Monumen Kereta Api berupa satu buah gerbong kereta berusia 107 tahun yang berada di Sub Terminal Kebonpolo Kota Magelang sejak 1986, diangkut ke museum Kereta Api di Ambarawa, Rabu (9/11) sore sekitar pukul 16.30 WIB menggunakan truk trailer, dan tiba di Museum Kereta Api Ambarawa pada Kamis (10/11) pukul 05.00.

Kereta api ini dipindah ke Ambarawa karena selama berada di Magelang tidak memperoleh pemeliharaan yang berarti. Hal itu membuat  kondisi gerbong kereta api memprihatinkan. Di bagian bawah kerusakan mencapai 30 persen, banyak yang berkarat dan komponen lepas. Sedangkan dibagian atas, kayu gerbong sudah keropos.

Gerbong kereta tua ini, dulunya digunakan untuk mengangkut penumpang jurusan Magelang-Yoyakarta.
Pemindahan gerbong kereta api ke museum Ambarawa ini didukung penuh oleh komunitas pecinta kereta api. Antara lain dari PJL 99 Solo, IRPS Jogjakarta, dan komunitas Kota Toea Magelang.



3. Jembatan Cikacepit (Jembatan Kereta Api Terpanjang)


Kereta api sebagai sarana transportasi massal tertua di Indonesia tak lepas dari sejarah kolonial. Namun seiring perkembangan jaman dan kalah dalam persaingan, banyak jalur kereta rusak dan tak terpakai. Salah satunya adalah sisa-sisa jalur kereta api Banjar - Cijulang, Jawa Barat.

Sebagai penumpang kereta api, Anda mungkin pernah melintasi stasiun Banjar yang dibangun tahun 1888 di jalur kereta api lintas Selatan. Namun tahukah anda bila di Stasiun Banjar terdapat juga jalur kereta percabangan menuju Cijulang, Ciamis? Berdiri di jantung kota Banjar, stasiun ini menajdi pusat percabangan ke Cijulang untuk lintas Bandung - Yogyakarta

Jalur kereta api Banjar - Pangandaran - Cijulang atau Banci, dibangun tahun 1911. Karena alamnya berbukit-bukit, di jalur ini Anda bisa menjumpai terowongan terpanjang dan terpendek di Indonesia. Terowongan terpendek dinamakan Pangeran Hendrik, panjangnya hanya 128 meter. Warga sekitar menyebutnya terowongan Warung Bungur karena ada di Dusun Warung Bungur. Nama Hendrik diambil dari bangsawan Belanda, Duke Heinrich Wladimir Albrecht Eernst, suami Ratu Wihelmina. Tak jauh dari terowongan Hendrik, terbentang jembatan Cikacepit sepanjang 190 meter. Jembatan ini dibuat dari rangka baja, dengan lebar tak lebih dari 1,7 meter hanya menyisakan rangka. Besi rel hilang entah ke mana, dijarah orang tak bertanggung jawab.

Sedangkan yang terpanjang namanya terowongan Ratu Wilhelmina. Dengan panjang lebih dari 1 kilometer, hanya cahaya kecil yang terlihat diujungnya. Nama terowongan ini diambil dari nama Ratu Belanda Wihelmina Helena Pauline Maria, yang berkuasa tahun 1890 hingga 1948. Terowongan ini katanya menjadi yang terpanjang di Indonesia, 1208 meter.

Dengan jarak kurang 300 meter dari terowongan Ratu Wilhelmina, terpanjang terdapat terowongan bengkok bernama Juliana. Disebut bengkok karena terowongan ini melengkung, sehingga ujung terowongan sepanjang 147 meter ini tak terlihat.

Namun sarana penunjang kereta api ini sudah tak lagi berfungsi. Terus merugi karena kalah persaingan menjadikan jalur ini sudah sejak lama ditutup dan terlupakan. Tragisnya lagi sisa-sisa peninggalan kereta api hilang dicuri tangan-tangan tak bertanggungjawab.

4. Jembatan Cincin



Bagi sebagian orang, kawasan pendidikan Jatinangor, kabupaten Sumedang mungkin hanya terkenal dengan beberapa perguruan tingginya. Namun, apabila kita bertanya kepada orang-orang Bandung yang sudah berumur, maka yang terlintas di benak mereka adalah perkebunan karet dan teh. Memang, Jatinangor yang kita kenal dulunya adalah daerah perkebunan yang luas. Jauh sebelum perguruan tinggi seperti Ikopin, Unwim ataupun Unpad berdiri, daerah ini adalah salah satu penghasil karet dan teh yang cukup besar untuk Belanda.

Jatinangor adalah kawasan yang bisa dibilang banyak memiliki situs bersejarah. Jembatan Cincin salah satunya. Jembatan ini pada awalnya dibangun oleh Staat Spoorwagen Verenidge Spoorwegbedrijf, sebuah perusahaan kereta api milik Belanda pada tahun 1918. Pada saat itu, jembatan ini berfungsi sebagai salah satu jalur kereta api yang menghubungkan daerah Rancaekek dan Tanjungsari. Pada masa itu, kereta ini menjadi penunjang lancarnya perkebunan karet di Jawa Barat.

“Jembatan Cincin mulai dibangun sejak tahun 1918, hingga 1942 sudah tidak ada lagi kereta yang lewat,” ujar Mulyana, salah satu “tetua” yang sudah hampir sembilan puluh tahun tinggal di dekat jembatan cincin. Yang menjadi catatan penting ialah, tanah di Jembatan ini bukanlah milik Belanda, melainkan diklaim secara paksa karena pada saat itu, Indonesia masih daerah jajahan Belanda. Warga setempat pada waktu itu tidak bisa berbuat banyak karena takut akan dibunuh. Ia juga menambahkan, akhirnya, pembangunan Jembatan Cincin diperbolehkan oleh warga sekitar, dengan syarat, tidak mengganggu komplek pemakaman yang ada di bawahnya. Setelah mencapai kesepakatan, Jembatan Cincin pun dibangun.

Sesudah dibangun, rel kereta api ini menjadi jalan penghubung bagi Belanda untuk mengantarkan hasil perkebunan dari daerah Jatinangor ke Bandung, jembatan ini juga lah yang menjadi akses jalan terbaik dari daerah Tanjungsari ke Rancaekek. Pada awalnya memang kereta hanya digunakan untuk hasil perkebunan, namun, menurut Mulyana, kereta ini akhirnya digunakan juga sebagai transportasi bagi kedua warga negara.
Saat bangsa Jepang datang dan mulai menduduki Indonesia pada 1942, Jembatan Cincin pun diambil alih. Tiang dan besi tua yang menjadi rel di jembatan ini dibongkar dan dibawa paksa oleh orang Jepang. “Mungkin karena menurut Jepang sudah tidak terpakai lagi, maka seluruh besi yang ada di ambil sama mereka,” tambah Mulyana. Semenjak itulah, kegiatan “per-kereta api-an” di Jembatan Cincin terhenti.

5. Stasiun Tambaksari, Stasiun Kereta Api Pertama di Indonesia



Sekelompok peneliti dari Pusat Arkeologi Nasional (Pusarnas), dibantu peneliti lintas ilmu dan lintas kota yang mencari keberadaan stasiun tertua tersebut.

“Ini bekas stasiun lama Samarang NIS,” kata Tjahjono Rahardjo, penggila kereta dari Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) yang juga dosen di Unika Soegijapranata Semarang. NIS merupakan singkatan dari Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij, sebuah perusahaan swasta yang pertama kali membangun jaringan kereta api di Semarang pada masa pemerintahan kolonial Belanda.

Stasiun Samarang NIS merupakan stasiun tertua di Semarang, juga tertua di Indonesia. Stasiun itu mulai dibangun tanggal 16 Juni 1864, ditandai dengan pencangkulan pertama oleh Gubernur Jendral Baron Sloet van de Beele. Pembangunan jalur itu melalui besluit nomor 1 tahun 1862, sementara pembebasan tanahnya berdasarkan staatsblad nomor 135 tahun 1865 yang diperbarui lagi dengan staatsblad nomor 132 tahun 1866. Peluncuran kereta dilakukan tanggal 10 Agustus 1867, merentang sepanjang 25 kilometer dari Semarang ke Tanggung melalui Halte Alastua dan Brumbung.

Menurut sumber lain, stasiun tertua di Semarang bernama Tambaksari. Identifikasinya mirip Stasiun Semarang NIS, misalnya terletak sekitar satu kilometer dari Kota Lama dan tidak jauh dari pelabuhan.
Bahkan ada sumber yang menyebutkan bahwa stasiun pertama di Semarang bernama Kemijen. Stasiun itu terletak di dekat persilangan jalur rel milik NIS dan SJS (Samarang Joana Stoomtram Maatschappij). Oleh sementara orang Stasiun Kemijen sering kali disamakan dengan Stasiun Samarang Gudang, yang sampai sekarang masih terlihat sisa-sisanya meskipun sudah dikepung air.

Yang menjadi pertanyaan, di mana sebenarnya lokasi yang tepat dari stasiun tertua itu? Apakah benar bernama Samarang NIS, Tambaksari, ataukah Kemijen? Sayang saat ini sisa-sisa bangunan stasiun sulit dilacak. Kendati demikian, jejak bangunan stasiun masih terekam di peta Semarang tahun 1866. Stasiun pertama itu disebutkan dengan nama berbeda. Uniknya, Stasiun Tambaksari, Stasiun Kemijen, dan Stasiun Samarang NIS itu sama-sama terletak di wilayah yang dulunya disebut Tambaksari, sekarang Kelurahan Kemijen.

6. Monumen Kecelakaan Kereta Api Padang Panjang


Sebuah tugu atau prasasti yang tidak terawat, ditemukan di kawasan Kelurahan Balai-Balai Padang Panjang Barat. Tugu berdiameter lebih kurang 2 x 2,5 meter itu, bertuliskan ejaan lama dan tahun aneh. Yakni "Tugu Peringatan Orang-orang Jang Meninggal Ketika Ketjelakaan Kereta Api Tanggal 25-12-2604 dan 23-3-2605", pada dinding bagian bawahnya yang diduga merupakan penanggalan jepang yang berarti 25 desember 1944 dan 23 maret 1945.

Tugu itu merupakan nisan bersama korban kecelakaan kereta api Padang Panjang pada masa penjajahan yang mana menurut kabar bahwa para korban yang dimakamkan di bawah tugu itu tidak dalam keadaan utuh.

"Menurut cerita orang-orang tua, ini merupakan pemakaman potongan-potongan tubuh korban kecelakaan ke­reta api pada masa penjajahan B­e­lan­da, akibat jembatan yang diputuskan. Karena begitu banyaknya korban, sehingga tidak ada tempat untuk pemakaman," cerita Masril.

Pemilik lahan Masril mengatakan sejumlah ahliwaris saat mengunjungi pemakaman sekitar merasa takut me­lihat tugu tersebut. Ada yang me­nga­takan tugu itu panas dan sebagainya. Ke­saksiannya sering dihinggapi bu­rung hantu.

Proses pemakaman korban, dice­ri­takannya juga terjadi dua kali, sesuai catatan tanggal yang tertera di dinding tugu itu. Usai pemakaman pertama sedalam 5 meter, belum ditembok. Kemudian berjarak sekitar 3 bulan, kem­bali terjadi kecelakaan dan dima­kam­kan di lobang yang sama.

7.  Jalur Kereta Api Pangandaran


Kereta api sebagai sarana transportasi massal tertua di Indonesia tak lepas dari sejarah kolonial. Namun seiring perkembangan jaman dan kalah dalam persaingan, banyak jalur kereta rusak dan tak terpakai. Salah satunya adalah sisa-sisa jalur kereta api Banjar - Cijulang, Jawa Barat.

Sebagai penumpang kereta api, Anda mungkin pernah melintasi stasiun Banjar yang dibangun tahun 1888 di jalur kereta api lintas Selatan. Namun tahukah anda bila di Stasiun Banjar terdapat juga jalur kereta percabangan menuju Cijulang, Ciamis? Berdiri di jantung kota Banjar, stasiun ini menajdi pusat percabangan ke Cijulang untuk lintas Bandung - Yogyakarta.

Jalur kereta api Banjar - Pangandaran - Cijulang atau Banci, dibangun tahun 1911. Karena alamnya berbukit-bukit, di jalur ini Anda bisa menjumpai terowongan terpanjang dan terpendek di Indonesia.
Terowongan terpendek dinamakan Pangeran Hendrik, panjangnya hanya 128 meter. Warga sekitar menyebutnya terowongan Warung Bungur karena ada di Dusun Warung Bungur. Nama Hendrik diambil dari bangsawan Belanda, Duke Heinrich Wladimir Albrecht Eernst, suami Ratu Wihelmina.

Tak jauh dari terowongan Hendrik, terbentang jembatan Cikacepit sepanjang 190 meter. Jembatan ini dibuat dari rangka baja, dengan lebar tak lebih dari 1,7 meter hanya menyisakan rangka. Besi rel hilang entah ke mana, dijarah orang tak bertanggung jawab.


8.Hari Kereta api Indonesia




 

Tidak banyak yang mengetahui bahwa tanggal 28 September merupakan hari Kereta Api Indonesia, padahal tidak sedikit orang yang pernah menggunakan alat transportasi yang satu ini.

Munculnya kereta api Indonesia diawali dengan adanya pembangunan jalur kereta api pada tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. Ludolph Anne Jan Wilt Sloet van de Beele di desa Kemijen, Semarang. Pembangunan kereta api tersebut diprakarsai oleh “Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij” atau NV.NISM dan dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju ke desa Tanggung. Rel tersebut dibangun sepanjang 26 km dan lebar kereta api 1435 mm dan berhasil sehingga pembangunan dilanjutkan kembali dengan menghubungkan kota Semarang dan Surakarta sepanjang 110 km. Atas keberhasilan itu, para investor pun juga ikut-ikutan untuk membangun jalur kereta api di berbagai daerah. Mulai tahun 1864 hingga tahun 1900 adalah tahun-tahun di mana jumlah rel kereta api yang dibangun meningkat pesat.

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, beberapa karyawan KA yang tergabung dalam AMKA atau Angkatan Moeda Kereta Api mulai mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Para anggota AMKA menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945, kekuasaan perkeretaapian telah berada di tangan bangsa Indonesia. Hal inilah yang menjadi dasar untuk ditetapkannya tanggal 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api Indonesia, serta dibentuknya DKARI atau Djawatan Kereta Api Republik Indonesia.

Ternyata Hari Kereta Api Indonesia tidak bisa kita anggap sepele karena pada waktu itu beberapa anggota pejuang kita juga ikut memperebutkan kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Untuk itu, kita patut memperingatinya demi menghargai perjuangan mereka yang sampai sekarang dapat kita nikmati. Apa yang terjadi jika para pejuang tidak ikut memperebutkan kekuasaan perkeretaapian dari Jepang? Mungkin sampai sekarang kita masih tidak tahu apa yang namanya kereta api.

9. Jalur Kereta Api Muaro-Pekanbaru (Jejak Romusha)


Jalur Kereta Api Muaro-Pekanbaru adalah apa yang dinamakan "jalan kereta api maut" yang dibangun di Indonesia di masa Perang Dunia Kedua atas perintah tentara pendudukan Jepang.
Jalur kereta api dari Muaro ke Pekanbaru di provinsi Riau dibangun pekerja paksa antara bulan September 1943 dan Agustus 1945 dalam keadaan yang mengerikan. Secara keseluruhan hampir 50 000 orang, terdiri dari romusha dan tawanan perang Belanda, bekerja, 26 000 darinya meninggal. Jalur kereta api tersebut hanya sempat digunakan satu kali.

Buku yang paling detil mengungkap tentang tragedi ini adalah karangan Henk Hovinga yang berjudul  Eindstation Pekan Baru 1944-1945-Dodenspoorweg door het Oerwoud terbitan KITLV Leiden. Di dalam bukunya Hovinga menulis bahwa para pekerja itu telah dipaksa bekerja “dalam suatu neraka hijau, penuh ular, lintah darat dan harimau., lebih buruk lagi miliaran nyamuk malaria, di bawah pengawasan kejam orang-orang Jepang dan pembantu mereka orang Korea”.

Ditambah lagi dengan cara orang Jepang yang menghindari pembuatan terowongan sebagaimana rancangan aslinya dengan cara mendinamit perbukitan. Seringkali tanpa pemberitahuan, sehingga pekerja yang bekerja dibawahnya ikut tertimbun. Rombongan berikutnya bertugas membersihkan reruntuhan hasil dinamit, sekaligus mengumpulkan mayat teman-temannya.

Semuanya dikerjakan dengan otot. Tidak ada peralatan yang memadai. Mulai dari menebang pohon, memotong tebing sampai memasang rel dan membuat jembatan semua dikerjakan dengan tenaga manusia. Ditambah gizi yang buruk, obat-obatan yang kurang serta perlakuan diluar batas kemanusiaan menyebabkan tingginya angka kematian.

Jalur rel ini selesai pada 15 Agustus 1945, tepat ketika Jepang takluk kepada sekutu. Tapi di tengah rimba raya Sumatera, Jepang belum kalah. Para serdadu Jepang masih meneriakkan banzai pada saat merayakan pematokan paku emas tanda selesainya jalur rel Muaro - Pekanbaru. Sementara para romusha dan tawanan hanya boleh menyaksikan upacara dan perayaan itu dari jauh. Ironisnya, dengan puluhan ribu korban jiwa, rel ini berumur sangat singkat. Kereta api terakhir yang melewatinya adalah pada September 1945 yang membawa tawanan perang dari kamp-kamp kerja di dalam rimba menuju ke Pekanbaru. Jembatan-jembatan yang terbuat dari kayu dengan cepat lapuk dan hanyut oleh amukan sungai. Rel-rel yang tertinggal dengan cepat merimba dan sebagiannya lagi dibuat menjadi pagar oleh masyarakat dan jawatan Kereta Api sendiri untuk jalur Sawahlunto - Padang.

10. Jalur Kereta Api Saketi-Bayah (Jejak Romusha)



Jalur Kereta Api  Saketi – Bayah pada saat pembangunannya banyak memakan korban ribuan manusia, dengan jumlah korban fantastis yang terdiri dari tawanan perang / Prisoner Of War (POW) Sekutu dan Romusha Pembangunan jalan kereta api mempunyai arti sangat strategis bagi kelanjutan ekspansi tentara Jepang pada Perang Dunia ke-II, dan dikerjakan dengan Sistim Kerja Paksa (slave labour) Romusha dan tawanan perang / Prisoner Of War (POW).

Perihal jalur kereta api maut, sejarah mencatat, Jepang menorehkan kisah kejam  di Banten Selatan jalur Saketi – Bayah. Selama Perang Dunia II (1938-1945) Jepang membangun tiga jalur kereta api di dua wilayah di Asia Tenggara yaitu jalur Thailand-Burma, Muaro Sijunjung-Pekanbaru, dan jalur Saketi-Bayah.  Jepang menggunakan tahanan yang dipaksa kerja dan seperti dikirim ke neraka karena puluhan ribu jiwa melayang dalam proyek pembangunan jalur kereta api tersebut. Jalur kereta api di dua wilayah Indonesia itu tak lagi bersisa, seperti juga tragedi kekejaman Jepang yang seakan terlupakan. Pembangunan jalan kereta api sepanjang  89 km ini menelan korban yang diperkirakan mencapai 93.000 jiwa romusha.

Singkatan Stasiun Kereta Api Pulau Jawa

A
Alastuwa = Ata
Ambarawa = Abr
Andir = And
Angke = Ak
Anyerkidul = Ank
Arjawinangun = Awn
Arjoso = Aj

B
Babadan = Bbd
Babakan = Bbk
Babat = Bbt
Bagor = Bgr
Bayeman = Bym
Bayongbong = Byo
Balega = Bga
Balonbendo = Blb
Balung = Bug
Banjar = Bjr
Banjaran = Bja
Banjarnegara = Ba
Banjarsari (ke Cij) = Bji
Banjarsari (ke Ws) = Bjrs
Bandung = Bd
Bangil = Bg
Bangilan = Bia
Bangkalan = Bkl
Bangle = Ble
Bangoduwa = Bdw
Bangsalsari = Bss
Banyuwangi = Bw
Banten = Bn
Barat = Bat
Baron = Bm
Batang = Btg
Batutulis = Btt
Bekasi = Bks
Bendo = Beo
Benowo = Bnw
Blimbing = Bmg
Blitar = Bl
Blora = Bla
Bluluk = Blk
Bojonegoro = Bj
Bojong = Bjg
Bojonggede = Bjd
Bogor = Boo
Boharan = Bh
Bondowoso = Bo
Bonosare = Bns
Bowerno = Bwo
Brambanan = Bbn
Brebes = Bb
Bringin = Bgn
Brumbung = Bbg
Buyaran = Bya
Bulakamba = Bka
Bulumanis = Bis
Bumiayu = Bma
Butuh = Bth

C
Caruban = Crb
Catang = Ct
Ceper = Ce
Cepu = Cu
Cepukota = Cek
Cerme = Cme
Ciamis = Ci
Cianjur = Cj
Ciawi = Caw
Cibadak = Cbd
Cibatu = Cb
Cibeber = Cbb
Cibungur = Cbr
Cijulang = Cij
Ciganea = Ca
Cigombong = Cgb
Cikajang = Ckg
Cikadongdong = Cd
Cikampek = Ckp
Cikaum = Ckm
Cikarang = Ckr
Cikeusal = Ckl
Cikudapateuh = Cth
Cilaku = Clk
Cilame = Cle
Cilacap = Cp
Cilebut = Clt
Ciledug = Cld
Cilegeh = Clh
Cilegon = Clg
Cimahi = Cmi
Cimindi = Cmd
Cipari = Cpi
Cipatat = Cpt
Cipeuyeum = Cpy
Cipeundeuy = Cpd
Cipunegara = Cra
Ciputrapinggan = Cpp
Ciranjang = Crj
Cirebon = Cn
Cirebonprujakan = Cnp
Cisaat = Csa
Cisauk = Csk
Cisomang = Csg (?)
Cisurupan = Csn
Citayam = Cta
Citeras = Ctr
Cicalengka = Ccl
Cicurug = Ccr
Ciwidey = Cwd
Comal = Co
Cukir = Ck
Curahmalang = Cm

D
Dayeuhkolot = Dyk
Dampit = Dpt
Dawuan = Dwn
Delangu = Dl
Delok = Dek
Delopo = Dlo
Demak = Dm
Depok = Dpk
Doplang = Dpl
Duduk = Dd
Durenkalibata = Dn
Duri = Du

G
Gambir = Gmr
Gambringan = Gbn
Gandasoli = Gds
Gandrungmangun = Gdm
Garahan = Gn
Garum = Grm
Garut = Grt
Gawok = Gw
Gedangan = Gdg
Gedebage = Gdb
Gembong = Geb
Geneng = Gg
Genuk = Gnk
Glenmore = Glm
Godong = Gog
Gogodalem = Ggd
Gombong = Gb
Gondanglegi = Gbi
Goprak = Gpk
Grati = Gi
Gresik = Gs
Grobogan = Gbg
Grompol = Gp
Grujugan = Grj
Gubug = Gub
Gumilir = Gm
Gundih = Gd
Gununggangsir = Gng
Gurah = Gu

H
Haurgeulis = Hgl

I
Ijo = Ij
Indihiang = Ih
Indramayu = Im
Indro = Ido

J
Jakartagudang = Jakg
Jakartakota = Jakk
Jamblang = Jbg
Jambon = Jbn
Jatibarang = Jtb
Jatinegara = Jng
Jatirogo = Jtg
Jatiroto = Jtr
Jatiwangi = Jwg
Jember = Jr
Jenar = Jn
Jepon = Jon
Jerakah = Jrk
Jeruklegi = Jrl
Jetis = Js
Jombang = Jg
Jombangkota = Jgk
Juanda = Ju

K
Kadipaten = Kad
Kadokangabus = Kab
Kadukacang = Kdk
Kalasan = Kls
Kalibaru = Kbr
Kalibodri = Kbd
Kalioso = Ko
Kalipucang = Klc
Kalisat = Klt
Kalisetail = Kls
Kalitidu = Kit
Kaliwedi = Klw
Kaliwungu = Kln
Kamal = Kml
Kambangan = Kbg
Kandangan = Kda
Kanigoro = Kno
Kapas = Kps
Kapuan = Kpa
Karanganyar = Ka
Karangantu = Kra
Karangjati = Kgt
Karanggandul = Kgd
Karangkandri = Kkd
Karangpilang = Kap
Karangpucung = Knp
Karangsari = Krr
Karangsono = Kso
Karangsuwung = Krw
Karangtalun = Kun
Karangtengah = Ke
Kasyiamlor = Kyr
Kasugihan = Kh
Kawunganten = Kwg
Kebayoran = Kby
Kebasen = Kbs
Kebonromo = Kro
Kebumen = Km
Kedinding = Kdn
Kediri = Kd
Kedungbanteng = Kdb
Kedungdang = Kdg
Kedungjati = Kej
Kedunggalar = Kg
Kedunggedeh = Kdh
Kedungpring = Kei
Kemayoran = Kmo
Kemrajen = Kj
Kendal = Kl
Kendalpayak = Kdy
Kencong = Knc
Kepajen = Kpn
Kertapati = Kpt
Kertasemaya = Ktm
Kertosono = Kts
Kesamben = Ksb
Ketandan = Ket
Ketanggungan = Kgg
Ketanggunganbarat = Kgb
Ketapang = Ken
Kiaracondong = Kac
Klakah = Kk
Klampok = Klp
Klari = Kli
Klaten = Kt
Klender = Kld
Kosambi = Kos
Kotok = Ktk
Kradenan = Knn
Kras = Krs
Krawang = Kw
Krengseng = Kns
Krenceng = Ken
Kretek = Krt
Krian = Krn
Kroya = Kya
Kruwul = Kru
Kudus = Kud
Kunduran = Kdr
Kuripan = Krp
Kutoarjo = Kta
Kutowinangun = Kwn
Kuwu = Ku
Kwanyar = Kwr

L
Labang = Lab
Labruk = Lbk
Labuan = Lbn
Lamongan = Lmg
Lampegan = Lp
Langen = Ln
Larangan = Lr
Lasem = Ls
Lawang = Lw
Lebakjero = Lbj
Lebeng = Lbg
Ledokombo = Ldo
Legok = Lgk
Leles = Le
Lemahabang = Lmb
Lempuyangan = Lpn
Lentengagung = Lna
Linggapura = Lg
Losari = Los
Lumajang = Lm
Luwung = Lwg


M
Madiun = Mn
Maja = Mj
Maguwo = Mgw
Mayong = My
Malang = Ml
Malangbong = Mb
Malangjagalan = Mlj
Malangkotalama = Mlk
Malasan = Mls
Mandiraja = Mrj
Manggarai = Mri
Mangkang = Mkg
Mangli = Mi
Manonjaya = Mnj
Mantingan = Mnt
Maos = Ma
Masaran = Msr
Maseng = Msg
Maswati = Msi
Meluwung = Mlw
Menes = Mns
Merak = Mer
Minggiran = Mgn
Milirlir = Mil
Mojokerto = Mr
Madung = Mdg
Montelan = Mtl
Mrawan = Mnw

N
Nagreg = Ng
Nagkaan = Nkn
Ngabean = Nbn
Ngadileuh = Ndl
Ngaloran = Nlr
Nganjuk = Nj
Ngawen = Na
Ngebruk = Nb
Ngimbang = Nbg
Ngrombo = Nbo
Ngujang = Njg
Ngunut = Nt
Nguntoronadi = Ntn
Notog = Ntg

P
Pabuaran = Pab
Padaherang = Pah
Padalarang = Pdl
Padas = Pds
Pagotan = Pgo
Pakisaji = Psi
Palbapang = Plp
Palmerah = Plm
Palur = Pl
Pamekasan = Pm
Panarukan = Pnr
Pandeglang = Pdg
Pangandaran = Pnd
Panunggalan = Pnl
Papar = Ppr
Pare = Pe
Parigi = Par
Paron = Pa
Parungkuda = Prk
Parungpanjang = Prp
Pasarbantul = Pbl
Pasarminggu = Psm
Pasarnguter = Pnt
Pasarsenen = Pse
Pasirbungur = Pas
Pasirian = Psr
Pasuruan = Ps
Pati = Pt
Patuguran = Pat
Patukan = Ptn
Pegadenbaru = Pgb
Pekalongan = Pk
Pemalang = Pml
Pengkol = Pko
Palang = Pag
Pesantren = Pes
Pesing = Psg
Petarukan = Pta
Peterongan = Ptr
Plabuan = Plb
Plered = Pld
Ploso = Pos
Plumpang = Pmg
Pogajih = Pgj
Pondokcina = Poc
Ponorogo = Po
Porong = Pr
Prajekan = Prj
Prambon = Pbn
Prembin = Prb
Pringkasap = Pri
Probolinggo = Pb
Prupuk = Ppk
Purbalingga = Pbg
Purwareja = Pwj
Purwakarta = Pwk
Purwosari (Kts) = Pwa
Purwodadi = Pw
Purwokerto = Pwt
Purwokertotimur = Pkt
Purwonegoro = Prw
Purworejo = Pwr
Purwosari (Slo) = Pws
Pucuk = Pc

R
Rajamandala = Rm
Rajapolah = Rjp
Rajawali = Rjw
Rambipuji = Rbp
Randegan = Rdn
Randuagung = Rbg
Randublatung = Rbg
Rangkasbitung = Rk
Rancaekek = Rck
Ranuyoso = Rn
Rejoso = Ro
Rejotangan = Rj
Rembang = Rb
Rendeh = Rh
Rewulu = Rwl

S
Sadang = Sad
Saketi = Sti
Salem = Slm
Sampang = Spg
Saradan = Srd
Sasaksaat = Skt
Sedadi = Sdi
Selajambe = Slj
Semarangponcol = Smc
Semarangtawang = Smt
Sembung (Bj) = Seg
Sembung (Jg) = Smb
Sempolan = Spl
Semut = St
Sengon = Sn
Sentolo = Stl
Serang = Sg
Serpong = Srp
Sidareja = Sdr
Sidoarjo = Sda
Sikampuh = Skp
Sindanglaut = Sdu
Singojuruh = Sgj
Singosari = Sgs
Situbondo = Sit
Slahung = Slh
Slawi = Slw
Sleko = Sle
Soka = Soa
Sokaraja = Sok
Solobalapan = Slo
Solojebres = Sj
Solokota = Sta
Songgom = Sgg
Soreang = Srg
Socah = Soc
Sragen = Srg
Sragi = Sri
Sroyo = Syo
Srono = Sro
Srowot = Swt
Sruweng = Srw
Sudimara = Sdm
Sukabumi = Si
Sukatani = Sut
Sukasari = Ssr
Sukoharjo = Skh
Sukomoro = Skm
Sukorejo = Skj
Sukowono = Skw
Sulur = Sl
Sumberlawang = Sum
Sumberpucung = Sbp
Sumberrejo = Srj
Sumberwadung = Swd
Sumlaran = Slr
Sumobito = Sbo
Sumpiuh = Sph
Surabayagubeng = Sgu
Surabayakota = Sb
Surabayapasarturi = Sbi
Suradadi = Sd
Susuhan = Ss

T
Togogapu = Tau
Tayu = Tay
Talun = Tal
Tamanan = Tmn
Tambak = Tbk
Tambun = Tbn
Tanahabang = Thb
Tandes = Tes
Tanjungkarang = Tnk
Tanjungpriok = Tpk
Tanjungrasa = Tjs
Tanggerang = Tng
Tanggul = Tgl
Tanggulangin = Tga
Tanggung = Tgg
Tarik = Trk
Tasikmalaya = Tsm
Tegal = Tg
Tegowanu = Tgw
Tekung = Tku
Telagasari = Tls
Telang = Tla
Telawa = Tw
Tempeh = Tpe
Tempuran = Tpn
Temuguruh = Tpn
Tenjo = Tej
Tengor = Ten
Terisi = Tis
Tobo = Tbo
Tuban = Tn
Tulangan = Tln
Tulungagung = Ta

U
Ujung = Uj
Ujungnegoro = Ujn

W
Wadu = Wdu
Walantaka = Wlt
Walikukun = Wk
Wanaraja = Wnr
Waru = Wr
Waruduwur = Wdw
Warungbandrek = Wb
Wates = Wt
Weleri = Wlr
Wirosari = Wrs
Wlingi = Wg
Wojo = Wj
Wonogiri = Wng
Wonokerto = Wn
Wonokromo = Wo
Wonokromokota = Wok
Wonosobo = Ws

Y
Yogyakarta = Yk
Yosowilangun = Ywl